*setelah seminggu menikmati kegiatan KKN
Seminggu sudah aku dan bala kurawa mendiami dusun Jumok. Dusun
yang pernah menjadi imajinasi dan impian ketika masih bocah. Ingatan masa kecil
berlarian mendulang waktu lampau. Masa kecil bertumbuh dewasa, meletakkan
tujuan pada tempat berteduh. Berteduh dari teriknya matahari serta derasnya air
hujan yang kadang membanjiri bilik –
sungai.
Hidup di Jumok berniat
menggugurkan kewajiban di semester tujuh. Bertemu, berkumpul dan bersama 17
orang teman berbeda jurusan. Mengisi aktivitas sejak matahari terbit sampai
tenggelam
seperti mengantri mandi, mengirit air, mencuci di bilik, memasak di dapur buatan, menjemur
di atas kabel listrik, mengambil air, mengunjungi tetangga, mengikuti yasinan,
dan sinau bareng anak dusun. Sinau babagan
huruf hijaiyah, sinau pelajaran dari sekolah dan sinau apapun yang ada di
Jumok.![]() |
Mama Intan dan mbak Sa' sedang mencuci di bilik belakang toko pak Luran sebelah utara karena sedang menjalankan misi penghematan air di posko |
Orang Kaya, Nyonya Pila, Suli dan mbak Wi' dan Padil sedang menyerahkan lembaran untuk diisi pada seorang warga |
Aktivitas Jumat bersih yang diprakarsai Jum dan Peb |
Aktivitas kerja bakti bersama warga di musim kemarau |
Area Lantai 3, tempat menjemur sandangan di kabel listrik, pangan serta papan rehat dari penat |
![]() |
Adek Tembem yang disamarkan dari nama aa' Yusron bersama kawan gembrot sedang menemani sang mertua mengupas degan |
Orang-orang mengajarkan tepo sliro, srawung lan gotong royong. Sekedar
berpapasan, otot leher bekerja secara otomatis untuk menundukkan kepala.
Kebiasaan menyapa dengan melempar senyum, membunyikan klakson motor serta
panggilan mbak, mas jadi senjata kekhasan sebagai sesama saudara. Terikat
menjadi keluarga.
Siti, seorang bocah SMA pernah
menuturkan,”Bangun omah yo wong-wong kene ae mbak gotong royong.” Bantuan
diberikan secara cuma-cuma, datang tak diharapkan. Keinginan terwujud ketika
diterima.
Aku merasa perlu berkisah ketika
hidup disana. Hidup seatap dengan keluarga pak Lurah: KHS, Bu Samir (istri pak
Lurah), Reni, dan sekali berjumpa dengan mas Deni (anak pertama pak Lurah yang
berkuliah di UMM) . Nonggo di rumah
mbah: sepasang suami istri yang sudah tua, mertua pak Lurah. Menghabiskan degan
di rumah Eka, primadona desa incaran aa’ Yusron. Bertandang ke rumah tetangga
merampok hasil bumi. Nikmat dan perih dirasakan bersama. Lapar dan kenyang
ditanggung sendiri. Jangan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
#Tuliskan apa yang kamu rasakan setelah membaca tulisan ini. Berkomentar boleh, memaki dipersilakan, curhat apalagi, terserah