Jumat, 20 Februari 2015

KKN [17 dan Jumok]

*setelah seminggu menikmati kegiatan KKN

Seminggu sudah aku dan bala kurawa mendiami dusun Jumok. Dusun yang pernah menjadi imajinasi dan impian ketika masih bocah. Ingatan masa kecil berlarian mendulang waktu lampau. Masa kecil bertumbuh dewasa, meletakkan tujuan pada tempat berteduh. Berteduh dari teriknya matahari serta derasnya air hujan yang kadang membanjiri bilik – sungai.

Hidup di Jumok berniat menggugurkan kewajiban di semester tujuh. Bertemu, berkumpul dan bersama 17 orang teman berbeda jurusan. Mengisi aktivitas sejak matahari terbit sampai tenggelam
seperti mengantri mandi, mengirit air, mencuci di bilik, memasak di dapur buatan, menjemur di atas kabel listrik, mengambil air, mengunjungi tetangga, mengikuti yasinan, dan sinau bareng anak dusun. Sinau babagan huruf hijaiyah, sinau pelajaran dari sekolah dan sinau apapun yang ada di Jumok.

Mama Intan dan mbak Sa' sedang mencuci di bilik belakang toko pak Luran sebelah utara karena sedang menjalankan misi penghematan air di posko

Orang Kaya, Nyonya Pila, Suli dan mbak Wi' dan Padil sedang menyerahkan lembaran untuk diisi pada seorang warga

Aktivitas Jumat bersih yang diprakarsai Jum dan Peb 

Aktivitas kerja bakti bersama warga di musim kemarau

Area Lantai 3, tempat menjemur sandangan di kabel listrik, pangan serta papan rehat dari penat 

Adek Tembem yang disamarkan dari nama aa' Yusron bersama kawan gembrot sedang menemani sang mertua mengupas degan


Orang-orang mengajarkan tepo sliro, srawung lan gotong royong. Sekedar berpapasan, otot leher bekerja secara otomatis untuk menundukkan kepala. Kebiasaan menyapa dengan melempar senyum, membunyikan klakson motor serta panggilan mbak, mas jadi senjata kekhasan sebagai sesama saudara. Terikat menjadi keluarga.

Siti, seorang bocah SMA pernah menuturkan,”Bangun omah yo wong-wong kene ae mbak gotong royong.” Bantuan diberikan secara cuma-cuma, datang tak diharapkan. Keinginan terwujud ketika diterima.


Aku merasa perlu berkisah ketika hidup disana. Hidup seatap dengan keluarga pak Lurah: KHS, Bu Samir (istri pak Lurah), Reni, dan sekali berjumpa dengan mas Deni (anak pertama pak Lurah yang berkuliah di UMM) . Nonggo di rumah mbah: sepasang suami istri yang sudah tua, mertua pak Lurah. Menghabiskan degan di rumah Eka, primadona desa incaran aa’ Yusron. Bertandang ke rumah tetangga merampok hasil bumi. Nikmat dan perih dirasakan bersama. Lapar dan kenyang ditanggung sendiri. Jangan bersama. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#Tuliskan apa yang kamu rasakan setelah membaca tulisan ini. Berkomentar boleh, memaki dipersilakan, curhat apalagi, terserah